Gong Aman dari Brebes: Operasi Aman Candi 2025 Tekan Premanisme Jalanan


Gong Aman dari Brebes: Operasi Aman Candi 2025 Tekan Premanisme Jalanan
Deru kendaraan patroli meraung nyaring menyusuri jalan-jalan utama Brebes. Sejak 12 Mei 2025, suara itu menjadi penanda hadirnya gelombang perubahan: Operasi Aman Candi 2025, operasi berskala provinsi yang menyapu premanisme dan kriminal jalanan di bawah komando Polda Jawa Tengah.
Di Brebes, geliat operasi itu tak sekadar pamer kekuatan—ia menjelma janji nyata penegakan hukum. Tiga kasus mencuat ke permukaan, mencerminkan wajah kriminalitas yang coba ditanggalkan oleh kota agraris ini. Dalam sepuluh hari operasi, Polres Brebes bukan hanya bertindak, tapi bicara lantang: keamanan bukan lagi mimpi.
1. Pemerasan di Gerbang Industri
Pada 14 Mei 2025, di depan gerbang PT Gold Emperor Indonesia, Desa Kemurang Tanjung, dua pria — Dapuri (42) dan Wakhyani (39) — mencoba menegakkan “hukum jalanan” mereka sendiri. Dengan dalih "uang keamanan", sopir-sopir truk pengangkut material dipalak secara terang-terangan. Aksi itu tak lagi dianggap “hal biasa”. Bagi petugas Polres Brebes, ini adalah pelanggaran hak dasar masyarakat untuk bekerja tanpa teror.
2. Polisi Gadungan di Kramatsampang
Masih di hari yang sama, nuansa ancaman berpindah ke Flyover Kramatsampang, Kecamatan Kersana. Risto Saputra (34), berpakaian sipil dan bersenjatakan airsoft gun, mengaku polisi. Ia menghentikan seorang pengendara motor. Namun alih-alih menunjukkan surat tugas, ia menodong. Nyali korban dan kejelian warga sekitar menyelamatkan situasi. Risto kini mendekam, kehilangan penyamaran, kehilangan kebebasan.
3. Celurit dan Konvoi Anak Jalanan
Kasus ketiga membawa kita ke ranah yang lebih muram: remaja di bawah umur dengan senjata tajam. Saat konvoi motor di Desa Pebatan, Kecamatan Wanasari, seorang anak tertangkap membawa celurit. Ini bukan sekadar pelanggaran hukum, tapi alarm sosial.
Kompol Purbo Adjar Waskito, Wakapolres Brebes, menyebutnya sebagai bagian dari “Anak Berhadapan dengan Hukum” — istilah yang menyiratkan pendekatan hukum yang lebih humanis, meski tak lunak.
Membaca Strategi
Di balik keberhasilan pengungkapan ini, ada arsitektur strategi yang tak kalah penting. Dari deteksi dini, penyuluhan di sekolah-sekolah, hingga patroli rutin di titik-titik rawan, Polres Brebes membagi fokus antara mencegah dan menindak.
"Operasi Aman Candi adalah bukti nyata bahwa kami hadir, bukan sekadar menunggu laporan," tegas Kompol Purbo saat konferensi pers, Kamis (22/5), mewakili Kapolres Brebes, AKBP Achmad Oka Mahendra.
Ia menyebut operasi ini bukan hanya tentang angka atau jumlah penangkapan, tetapi tentang mengembalikan rasa aman, terutama bagi wilayah-wilayah industri dan pusat kegiatan masyarakat yang rentan menjadi sasaran premanisme.
Mengembalikan Rasa Aman, Membangun Kepercayaan
Di tengah kekhawatiran warga akan meningkatnya kejahatan jalanan pasca-pandemi dan menjelang masa arus mudik Lebaran, Operasi Aman Candi 2025 hadir seperti tameng kolektif. Tak hanya bagi mereka yang berseragam, tapi juga masyarakat yang dilibatkan aktif dalam pengawasan lingkungan.
“Laporkan segera. Kami pastikan laporan akan ditangani secara profesional dan akuntabel,” tegas Kompol Purbo — bukan sebagai retorika, tapi ajakan partisipatif.
Brebes mungkin lebih dikenal dengan telor asin dan bawang merah, tapi peristiwa ini menunjukkan sisi lain kota: kota yang menolak tunduk pada premanisme. Lewat operasi ini, jalanan tidak lagi jadi milik yang kuat, tetapi tempat aman bagi semua.
Dan mungkin, di situlah makna sejati dari Operasi Aman Candi: bukan hanya mengamankan, tapi menghidupkan kembali kepercayaan publik kepada negara, dimulai dari jalan-jalan kecil di Brebes.